Foto: Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto bersama petani kopi Desa Prangat (Ist).
Kukar, Prediksi.co.id – Potensi kopi luwak di Desa Prangat, Kecamatan Marangkayu, Kalimantan Timur, semakin menarik perhatian pemerintah pusat setelah kunjungan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto pada Sabtu (7/11/2024) siang. Dalam kunjungan kerjanya, Mendes Yandri tidak hanya menyaksikan langsung proses penanaman dan pemetikan biji kopi, tetapi juga aktif terlibat bersama aparat desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mekar Jaya.
Kopi luwak yang dikembangkan di Desa Prangat merupakan varietas Liberika, yang telah dikenal memiliki cita rasa khas dan menjadi produk unggulan desa tersebut. "Tadi barusan panen kopi luwak yaitu kopi Liberika dan sekarang kita juga menanam. Kopi di desa ini sangat potensial, peminatnya banyak, digerakkan oleh BUMDes," ujar Mendes Yandri saat memetik biji kopi bersama petani lokal.
Desa Prangat, yang terletak di wilayah Marangkayu, telah berhasil mengoptimalkan potensi alamnya untuk menghasilkan kopi luwak berkualitas tinggi. Dengan dukungan BUMDes Mekar Jaya, desa ini mampu mengelola kebun kopi secara profesional, mulai dari penanaman, pemeliharaan, hingga proses pascapanen. Selain itu, kolaborasi dengan pihak ketiga seperti PT Pertamina yang menyumbangkan mesin roasting hemat energi juga turut meningkatkan efisiensi dan kualitas produk akhir.
Mendes Yandri menyampaikan harapannya agar kebun kopi di Desa Prangat dapat terus diperluas dan nilai ekspornya meningkat secara signifikan. "Saya berharap perkembangan kebunnya semakin banyak, jadi kalau bisa ekspornya besar-besaran. Kita siap, Kemendes siap menyambungkan dengan pasar dunia," ujarnya. Dukungan dari Kementerian Desa dan PDT diharapkan dapat membuka akses pasar internasional, sehingga kopi luwak Desa Prangat dapat dinikmati oleh konsumen global.
Selain aspek produksi, Menteri Yandri juga menyoroti pentingnya nilai ekonomi dari kopi luwak yang memiliki harga jual tinggi, yakni sekitar lima juta rupiah per kilogram. Hal ini diyakini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan mendorong generasi muda untuk kembali bertani, memperkuat ekonomi lokal, serta mengurangi migrasi ke kota. "Kopi luwak itu mahal, tadi saya dengar lima juta per kilogram. Saya kira luar biasa. Saya mengajak sarjana jangan pengangguran di kota, ayo kembali ke desa. Bangun desa, membangun Indonesia, desa terdepan untuk Indonesia," tambahnya.
Dengan adanya inisiatif ini, Desa Prangat diharapkan menjadi model pengembangan kopi luwak yang berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat, serta memperkuat posisi kopi Indonesia di pasar internasional. (Adv/Di/Le).
Posting Komentar