Foto: Anggota DPRD Kalimantan Timur, Andi Muhammad Afif Rayhan Harun (Ist)
Samarinda, Prediksi.co.id— Di era digital yang semakin berkembang pesat, keberadaan buku sebagai sumber utama ilmu pengetahuan mulai tersisihkan oleh informasi singkat dan cepat yang diperoleh dari media sosial. Fenomena ini mendapat perhatian khusus dari Andi Muhammad Afif Rayhan Harun, Anggota DPRD Kalimantan Timur, yang sangat prihatin dengan turunnya minat baca di kalangan generasi muda.
Afif mengungkapkan bahwa kondisi ini bisa berisiko pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. “Saat ini banyak generasi muda yang lebih memilih mendapatkan informasi melalui media sosial karena lebih cepat dan praktis. Namun, informasi yang disajikan sering kali tidak komprehensif dan tidak mendalam,” ujar politisi dari Partai Gerindra ini.
Menurutnya, konten-konten media sosial seperti video pendek, reels, dan podcast telah mengambil alih peran buku dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun media sosial menawarkan kemudahan, ia menegaskan bahwa kedalaman ilmu yang ditemukan dalam buku tidak bisa digantikan oleh informasi yang hanya sekadar cuplikan.
“Buku itu adalah sumber pengetahuan yang sejati. Seperti yang pernah dikatakan oleh Bung Hatta, ‘Aku rela dipenjara asalkan bersama buku.’ Buku adalah jendela dunia yang sesungguhnya, sementara media sosial hanya memberikan potongan-potongan informasi yang tidak lengkap,” jelas Afif.
Afif juga mengkhawatirkan bahwa rendahnya minat baca di Kalimantan Timur dapat menjadi hambatan bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan global. “Generasi muda di Kaltim harus siap untuk bersaing di dunia yang semakin kompetitif. Jika literasi kita tidak meningkat, kita akan tertinggal jauh dibandingkan dengan daerah lain yang lebih peduli terhadap budaya membaca,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Afif menekankan bahwa literasi bukan hanya soal membaca, tetapi juga bagaimana menyaring, menganalisis, dan memanfaatkan informasi dengan bijak. “Literasi adalah keterampilan penting untuk mendapatkan pengetahuan yang mendalam dan akurat. Tanpa literasi yang baik, generasi muda hanya akan menjadi konsumen informasi yang dangkal,” katanya.
Untuk mengatasi hal ini, Afif mengajak berbagai pihak, mulai dari pemerintah, sekolah, hingga keluarga, untuk bersama-sama menggali kembali budaya membaca. Ia pun mengusulkan beberapa program seperti pembangunan perpustakaan modern, pengadaan buku digital, serta kompetisi membaca yang lebih menarik untuk generasi muda.
“Program literasi harus didesain sedemikian rupa agar dapat menarik minat anak muda. Kita perlu membuat kegiatan membaca menjadi lebih relevan dan menyenangkan bagi mereka,” tambah Afif.
Afif juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan untuk membentuk ekosistem literasi yang solid di Kalimantan Timur. “Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Kita semua memiliki peran untuk memastikan generasi muda kembali mencintai buku,” tegasnya.
Di tengah perkembangan digital yang terus melaju, Afif tetap percaya bahwa dengan kerja sama yang solid, generasi muda Kaltim bisa kembali menjadikan buku sebagai sumber utama pengetahuan mereka.
“Meski dunia kini penuh dengan layar, buku tetaplah jendela dunia yang tak ternilai harganya,” tutupnya dengan penuh harap. (Adv DPRD Kaltim/Di/Le).
Posting Komentar